Setelah sekian lama tak
menulis rasanya canggung kembali berhadapan dengan halaman kosong di Microsoft
Word. lembar putih kosong itu kini terasa terlalu kosong. Aku tertegun, malu.
sangsi seakan tak hendak pergi dariku, tariannya menari-nari men(an)gisi
suasana di ruang kamar. Sangsi bisa menulis lagi. Sangsi, apakah menulis memang
jalanku. Ataukah, aku hanya memaksakan diri bersahabat dengan hal yang tidak
mungkin.
Sudah lama aku tidak menulis. Alasannya simpel, ketidak-hadiranmu yang membuat ketidak-mampuanku muncul. Ide-ide seakan mengejek, dengan hanya datang sekelebat lalu meninggalkanku. Blogku rasanya juga kembali dihinggapi rayap dan serangga yang suka membangun sarangnya di setiap ujung rumah. aku tidak ingin mengusir mereka untuk kesekian kalinya lagi. Biarlah mereka tinggali dulu pondok yang dulu sering dihinggapi kata-kata itu.
Sekarang,
semua hal tentang menulis beraroma harum tubuhmu. Dan suara lembaran kertas
yang dibalik dari buku-buku tua terdengar seperti desahmu. Aku tidak ingin
membual, tapi sungguh aku mual ketika membaca, kata yang berkali-kali kususun
ulang. Ketika kau tidak lagi sumsum tulangku.
Kubaca
kembali kumpulan puisi yang dulu sering kau bacakan untuk menina-bobokanku.
Dengan suara yang mendayu, menggiring sepasang mata sayu menutup. Lembah-lembah
kedamaian datang, seiring ketidaksadaranku. Juru kata beristirahat di
rongga-rongga kepala. Meremajakan kembali diri mereka, setelah sepanjang hari
memuntahkan dirinya dalam lembar kosong. Besok, mereka kembali lagi bekerja.
Berbaris dan mengatur diri secara runtut dan apik.
Kubaca kembali ceritaku yang berkisah tentang kamu,
semuanya. Beberapa tidak pernah kusampaikan. Aku tersenyum, miris. Apa lagi
yang mau kutulis? Saat kata-kata yang dulu kau hidupkan, layu dan terkubur di
tanah duka. Apa lagi yang mau menjadi inspirasi? Ketika alur dan keteraturan
yang dulu kau urut pergi dan tidak lagi ingin diarahkan.

No comments:
Post a Comment