semarang, 16 januari 2012
halo kamuya, kamu. sahabatku. yang sekarang sedang membaca surat ini. sibuk bertanya kemana tujuan surat ini. tidak ada yang spesial di surat ini sebenarnya. yang membuat surat ini berbeda hanyalah bahwa surat ini ditujukan kepadamu. selebihnya hanya kumpulan kata yang bahkan tidak bermajas. aku bahkan sudah cukup senang jika kau menyempatkan waktu sekedar membacanya. tidak perlu jawaban. tidak perlu balasan. aku hanya ingin menghibur diriku, dengan membaca surat ini paling tidak aku terlintas di pikiranmu. walau hanya beberapa menit.
sebelumnya maafkan aku. karena harus menodai persahabatan kita. karena harus menyampaikan semua ini. mengingkari janji-janji yang pernah kita buat. kamu masih ingat bukan bahwa kita berjanji akan selalu berteman apapun yang terjadi? kita berjanji akan selalu memberi kabar kemanapun takdir membawa kita pergi? akan selalu berbagi cerita, tawa, dan (bahkan) tangis? janji itu sama-sama kita ungkapkan di kursi kayu ruang kelas kita satu tahun lalu. aku dulu begitu naif. mengira semua kenyamanan saat kita bersama hanyalah berkapasitas sebagai teman. tapi aku membutuhkanmu lebih dari sekedar teman.
aku akui sebelumnya tidak pernah terlintas dibenakku untuk menaruh perasaan lebih kepadamu. aku yakin kita akan menjadi sahabat selamanya seperti sebelumnya. paling tidak aku pernah meyakini itu. tapi sekarang? status 'teman' bukanlah yang kuharapkan darimu. aku mulai menyadari seiring waktu berjalan kau mewarnai hariku, menggelantung di benakku, apapun yang kulakukan. aku selalu merindumu. bahkan ketika kita bersama. maafkan aku dan perasaanku yang lancang ini. sejujurnya aku tahu kita tidak mungkin bersama. saat ini sudah tidak ada lagi pintu terbuka untuk kita melangkah bersama. kita hanya akan menghancurkan semuanya. seperti kata w. shakespeare "These violent delights have violent ends, and in their triumph die like fire and powder, which as they kiss, consume."
sudah. kusampaikan semua yang aku ingin katakan. yang tidak mampu aku sampaikan secara langsung dengan menatap matamu yang besar dan dalam. maaf menganggu harimu yang indah. maaf atas kelancanganku. tapi terimakasih sudah memberikan pelajaran kepadaku melalui perasaan ini. terimakasih atas persahabatan ini. yang kusadari telah kudustai.
aku bahkan tidak tahu surat apa ini. apa ini surat permohonan maaf, surat pernyataan, surat pengakuan, atau apalah namanya. yang pasti melalui surat ini aku mengatakan 'aku sayang kepadamu, sahabatku'
dari sahabatmu,
adin
No comments:
Post a Comment