Pages

Wednesday, January 25

perasaan logika pergumulan

ini hanya permainan buatannya
ini hanya selingan di rutinitasnya
ini hanya cerita lucu tentang seorang gadis yang terbodohi di suatu sore kepada temannya
baginya ini semua hanya sampah
aku berusaha menjaga pikiranku tetap waras. meyakinkan diriku bahwa aku tidak akan terjatuh untuknya. aku berusaha berpikir dengan logika. berharap perasaanku dapat terkendalikan.
aku tidak seharusnya mencintainya, tidak seharusnya mendamba maupun menginginkannya. namun itulah yang terjadi. semakin aku menolak apa yang ada semakin keras badai perasaan itu berkecamuk dalam diriku. meraihku lebih dalam. membutakan seluruh inderaku untuk berpikir jernih.
aku berlari, tapi tanpa lelah ia mengejarku
aku berkelit, tapi segala dalihku tak digubrisnya
aku bersembunyi, tapi matanya melihat segalanya
ia tau apapun yang kukatakan, sebagaimana keras aku berusaha menolak, dan segala yang kulakukan untuk menutupi perasaanku. ia sudah tau, bahwa aku sudah terlanjur terjatuh untuknya.




*




tapi, benarkah?
bagaimana jika ini hanya ketakutanku yang tak berdasar?
atau jika ini hanyalah reaksi dari egosentrisku?
mungkinkah?
tidak! berhenti memikirkannya! logikaku menolak. ia mengubah segala sudut pandangku. itu yang dilakukannya. ya, dan dia akan menghancurkan segalanya. mungkin aku masih terlalu lemah, terlalu bodoh, terlalu naif, dan apapun mereka menyebutnya.
lihat, dia sudah membuatmu membual bahkan tentang hal-hal yang tidak pasti...
logikaku yang tegas menolak mentah-mentah. 
semua terasa tidak pasti, semua terasa kabur, berkabut. seketika ia datang membawa kehangatan dan cahayanya. entah berapa kali aku menepis keraguan yang senantiasa bersarang dalam diriku, mereka terus merongrongku untuk berpikir jernih.
.. bagi mereka, itu berarti meninggalkan 'dia'.
tapi, sekarang semua terasa tidak masuk akal. terasa mustahil untuk berpikir dengan semestinya tanpa ada dia disekitarku.
memabukkan. perseteruan antara logika dan perasaan yang begitu kuat bergumul di dalam satu tubuh. aku hanya terkulai lemas tersedot ke dalam perdebatan mereka. sementara dia terus berusaha menarikku lebih dalam. perasaanku ingin aku mengakui bahwa aku ingin bersamanya. tapi logikaku menjauhkanku dari segala kemungkinan terburuk. ia hanya ingin  menjagaku. entah apa aku harus mengambil resiko atau menutup diri sekali lagi, menanti datangnya kepastian dari seseorang. entah siapa.

No comments:

Post a Comment