Menunggu
15.41
Di jam seperti sekarang ini, kau sedang terlelap.
Jadi aku, hanya akan menunggumu. satu detik, dua detik, tiga detik.
Aduh, rasanya seseorang sedang menggelayuti jarum jam. sehingga lama sekali sepasang kekasih kurus itu berputar.
Rasanya sang waktu sedang mempermainkanku. Iya, tahu aku tak sabar menanti hingga malam tiba untuk bertemu denganmu.
Sama seperti hujan kemaren sore. Yang seakan menertawakanku disela rinainya. Ketika ia berhasil membatalkan rencanamu mengunjungiku.
Satu detik, dua detik, tiga detik. Pasti matahari masih cemburu karena siang tadi kita melewatinya begitu saja dengan motormu dalam perjalanan pulang dari sekolah.
Matahari ingin balas dendam pada kita, maka ia membiarkan adanya sedikit lebih lama supaya malam tak kunjung datang dan mempertemukan kita.
Ataukah mungkin matahari juga sedang jatuh cinta. Jatuh cinta kepada manusia, yang meskipun terlarang ia mau menemani manusia itu sedikit lebih lama.
Mungkin juga ia jatuh hati pada bulan. Sehingga dia rela mengambil jatah waktu bulan bekerja sedikit lebih lama.
Satu detik, dua detik, tiga detik.
Ingin rasanya memarahi jarum jam yang berotasi sama itu. Tapi apa daya, mereka tak hendak mendengarku lagi. Mereka telanjur sakit hati padaku. Karena aku pernah meminta mereka melambat ketika sedang bersamamu. Padahal mereka hendak saling berkasihan, di sudut yang sama, setelah sekian waktu terpisah oleh tugas masing-masing.
Bahkan penunjuk waktupun dipisahkan oleh sang waktu yang tidak pernah mau menunggu.
Satu detik, dua detik
Aduh, aku benci menunggu.
#latepost
No comments:
Post a Comment